Photobucket Photobucket Photobucket

Ngeblues

Ngeblues

Pirates

Pirates

Journey To Enlightenment With SMF Psikologi

Sabtu, 12 Februari 2011

Journey To Enlightenment With SMF Psikologi[1]

oleh Taufik Nurrohim[2] pada 13 Januari 2011 jam 12:55

 “Tanpa didukung oleh tanah yang subur, air yang cukup dan iklim yang cocok, sebuah benih akan membusuk dan mati. Demikian juga manusia, ia akan menjelma menjadi mahluk ganas, menyimpang dari fitrahnya yang suci, bila ia hidup di suatu tempat yang di situ kondisi sosial politik, ekonomi dan budayanya tidak memungkinkan ia mengembangkan potensi – potensi manusiawinya”. Erich Fromm
Dalam benak banyak orang khususnya orang awam, Psikologi adalah ilmu mengawang – ngawang. Mengawang bisa berarti ; Terlalu tinggi dan rumit, hingga tak mudah dicerna oleh orang kebanyakan. Tapi mengawang juga bisa berarti : Mempelajari Psikologi memerlukan biaya yang tinggi, karena harus studi di perguruan tinggi, sehingga istilah psikologi jarang dikenal bahkan kurang akrab ditelinga masyarakat kebanyakan, padahal pada hakikatnya psikologi tak lepas dari kehidupan sehari – hari manusia, fenomena yang sangat kontradiktif dan mengharukan.
Lebih parah lagi, Hari ini kehidupan sedang menghadapi politik kebudayaan dan peradaban bangsa lain yang dominasinya begitu kuat sehingga ketimpangan itu adalah sesuatu yang lumrah terjadi. Dalam bahasa lainya kita Bangsa Indonesia bukan bangsa yang miskin dan bodoh, tetapi dimiskinkan dan sengaja dibuat bodoh. Dahulu kita mengenal penjajahan fisik, tetapi apakah sekarang kita mengenal penjajahan kesadaran (Melalui Ilmu Pengetahuan)? Hal demikianlah yang mengondisikan bangsa ini menjadi tidak mampu berdiri sendiri dan merdeka mengubah takdir kemiskinan dan kebodohanya.
ketika dunia digerakan oleh kesibukan mencari uang sebanyak – banyaknya, dan diramaikan oleh hiruk – pikuk memburu kenikmatan, karier, popularitas dan kekayaan, Akibat dari dominasi Positivisme ilmu yang mengadaptasi madzhab behaviorisme saja. Psikologi tampak bagai ilmu yang memandang aspek prilaku yang dapat diukur saja, dan menapikan dimensi lain dari manusia.
Seorang pemikir Sekolah Frankfurt, Herbert Marcuse, pernah menulis buku yang berjudul One Dimensional Man. Di dalam buku itu, ia ingin mengungkap krisis masyarakat modern yang diakibatkan oleh keberadaan manusia satu dimensi, yakni manusia yang segala orientasi pikiran ataupun pilihan hidupnya hanya berpijak pada untuk mengkonsumsi barang-barang secara berlebih. Mereka tidak mampu menghargai nilai-nilai kehidupan lainnya, seperti spiritual, solidaritas, cinta, dan pengorbanan.
Ciri dari intelektual seperti ini ketidakmampuannya untuk menghargai nilai-nilai lain di dalam kehidupan manusia, selain nilai yang dapat diukur secara matematis. Maka seringkali uang menjadi tujuan utama.  Pola pendidikan yang mengabdi pada bisnis adalah hasil cara berpikir para intelektual satu dimensi ini. Ini terbukti dengan perguruan tinggi hari ini, semua kurikulumnya berorientasi pragmatis, contoh : kurikulum harus menyesuiakan dan harus relevan dengan tuntutan dunia kerja saja.
Meskipun demikian, semua cerita di atas itu sebetulnya hanyalah “karikatur” tentang mahluk yang bernama “Psikologi”. Sesungguhnya psikologi tak seburuk itu. Pada dasarnya psikologi adalah gerak nalar yang wajar, sealamiah bernafas, aliran pikiran yang pada titik tertentu tak bisa dibungkam dan dihentikan. Psikologi adalah sistematisasi pengetahuan berprilaku dan kecenderungan prilaku manusia yang telah kita miliki sejak masa kanak – kanak. Kecenderungan yang ironisnya seringkali justru ruksak akibat jawaban – jawaban yang berpretensi mutlak dari bermacam bentuk pengetahuan (Tradisi, sains, ideologi dan agama). Psikologi adalah pengalaman yang bergulat hendak merumuskan kerumitan dirinya yang sebenarnya tak terumuskan. Suatu upaya tanpa akhir untuk memahami kenyataan yang mungkin tak akan pernah tuntas terjelaskan.
Meskipun psikologi adalah sistematisasi pengalaman berprilaku, yang sebenarnya digumuli di sana adalah kebutuhan terdalam ruh dalam dinamika jatuh – bangunya pengalaman : kebutuhan mendasar atas makna dan arah kehidupan, kebutuhan untuk mengerti apa yang sesungguhnya diinginkan oleh jiwa itu sendiri. Seringkali pada titik terdalam ruh tersentuh dan terisi bukan oleh hal – hal material, bukan oleh kekuasaan dan kedudukan, bukan oleh sukses karir spektakuler atau popularitas, bahkan bukan juga oleh doktrin agama, melainkan oleh rasa penasaran, petualangan pencarian, keharuan, keheranan, atau kekaguman, yang sering demikian misterius. Dalam kerangka itulah, pemikiran – pemikiran filosofis yang abstrak dan pelik dapat menjadi perangsang perangsang bagus yang membimbing kita ke dasar kebutuhan batin itu.
Sebagai agent social of change kita mahasiswa psikologi mempunyai tanggung jawab moral untuk senantiasa melakukan pencerahan  terhadap orang – orang disekitarnya. Dengan semangat ilmiah kita selaku kaum intelektual muda yang harus selalu peka tehadap problem – problem sosial disekitarnya dan mencari metodologi yang tepat dalam upaya melekukan problem solving yang baik.
Bedasarkan fenomena diatas, Kami pengurus SMF Psikologi bermaksud mengadakan study tour yang bertema “Journey To Enlightenment With SMF Psikologi”. Dalam kerangka refleksi diri menselaraskan ilmu pengetahuan dengan kehidupan nyata dan menjadiakan mahasiswa psikologi sebagai intelektual organik yang sejati serta turun dari menara gading pendidikan konvensionalnya.





[1] Tulisan ini dibuat untuk Term Of Refference Study Tour SMF Psikologi ke SLB Handayanai Sukabumi, PSBL Phala Matra Sukabumi, Pondok Pesantren Al – Istiqomah Sukabumi dan Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi.

[2] Penulis adalah aktivis Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Bandung


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar